Profesi golfer pro makin menjanjikan dan dapat dipertimbangkan untuk masa depan bagi anak-anak muda. Selain menjadi pemain touring, juga bisa menjadi coaching pro. Kedua pilihan itu ternyata bisa memberikan penghasilan yang cukup menggiurkan jika dijalankan dengan profesional.
“Alhamdulilah saat ini saya mempunyai 40 orang murid, jadwal mengajar saya cukup padat. Dari pekerjaan ini saya bisa mendapatkan penghasilan puluhan juta,” ungkap Ponirin, coaching pro berpengalaman yang mengajar di Cilandak Marinir Driving Range dalam acara Media Gathering Golf Issue yang diselenggarakan PGA Indonesia dan PGA Tour Indonesia di D’Maritime Resto N’café, Jakarta, 19 Desember lalu.
Sekitar dua tahun terakhir, bersamaan dengan adanya pandemi Covid-19, jumlah peminat olahraga golf semakin banyak. Kebutuhan jasa coaching pro pun semakin meningkat. Sebelum menjadi coaching pro, setiap orang harus memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh PGA Indonesia selaku organisasi profesi golfer pro.
Untuk mendapatkan sertifikat tersebut harus mengikuti pelatihan dan lolos ujian. Dengan demikian para coach yang lolos dapat dipastikan sudah memiliki kemampuan yang mumpuni. Dengan demikian kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan. Setiap tiga tahun sertifikat tersebut harus diperbaharui.
Sayangnya belum semua mematuhi aturan ini. Masih banyak coaching pro yang menjalankan profesinya secara ‘liar’, tanpa dibekali sertifikat, terutama mereka yang berasal dari luar negeri.
“Banyak pelatih asing yang didatangkan langsung oleh pemilik fasilitas latihan atau lapangan golf, jadi tidak bisa kita intervensi. Padahal sertifikat ini penting untuk melindungi kepentingan para coach dan juga para murid yang merupakan konsumennya. Ke depannya kami juga membuat level coaching pro, jadi level itu berdasarkan tingkat kemampuan mereka masing-masing. Jangan sampai coach dengan level yang sudah tinggi disamakan dengan coach pendatang baru,” kata Wahyu Hendarman, Ketua PGA Indonesia yang membawahi para coaching coach.
Menurutnya, selama ini masih banyak persepsi yang menanggap coach dari luar negeri pasti lebih baik kualitasnya dibandingkan dengan para coach lokal. Padahal kemampuan coach lokal banyak yang jauh lebih bagus. Dengan dilakukannya sertifikasi bisa diketahui kompetensi sesungguhnya yang dimiliki oleh seseorang.
Ada dua jenis golfer pro, yaitu coaching pro dan touring pro. Untuk touring pro adalah mereka yang bisa mengikuti turnamen-turnamen profesional yang diselenggarakan oleh PGA Tour Indonesia. Namun, di Indonesia jumlah turnamennya belum terlalu banyak, sehingga sebagian besar touring pro juga sekaligus menjadi coaching pro. Saat ini jumlah anggota PGA Indonesia adalah sebanyak 279 orang anggota biasa, 4 anggota luar biasa yang merupakan warga negara asing, dan 6 anggota kehormatan.
Bagaimana caranya jika seorang golfer amatir ingin beralih menjadi profesional golfer? Setelah mendeklarasikan diri meninggalkan status amatir, selanjutnya adalah wajib mengikuti Playing Ability Test (PAT) yang diselenggarakan oleh PGA Tour Indonesia. Setiap peserta wajib bermain 36 hole dengan berjalan kaki dan harus mencapai target tertentu, biasanya minimal mencetak skor over 12 sampai over 15 dari tee biru. Setelah lulus PAT, dia memiliki waktu selama dua tahun untuk memutuskan apa kah dirinya akan menjadi touring pro atau tidak. Jika ingin menjadi coacing pro maka wajib mengikuti proses sertifikasi dan jika ingin menjadi touring pro ikut Q school berupa turnamen mini selama dua hari.
“Touring pro dan coaching pro sama-sama menjanjikan, apalagi seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi setelah adanya pandemi. Dengan kondisi ekonomi yang stabil akan banyak pihak-pihak yang bersedia mensponsori turnamen pro, sehingga para pemain kita mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan penghasilan dari turnamen. Sementara ini mereka harus menjadi coaching pro juga demi mendapatkan penghasilan yang lebih stabil,” kata Agus Triyono, Ketua PGA Tour of Indonesia.
Hingga saat ini pihaknya masih berupaya melakukan negosiasi dengan para potensial sponsor untuk menambah jumlah turnamen di tahun 2023. Dalam tahun 2022 cukup banyak turnamen pro yang diselenggarakan di Indonesia, yaitu 6 turnamen Asian Development Tour (ADT), Indonesia Open, Indonesian Master, Simone Asia Pacific Cup (ladies), dan juga empat turnamen lokal yang masing-masing diselenggarakan selama dua hari dan berhadiah Rp 100 juta.
Benny Kasiadi yang menjalankan profesi sebagai touring sekaligus coaching pro menjelaskan bahwa dibutuhkan kreatifitas untuk menjalankan pekerjaannya. “Dulu saya anti media sosial, tapi seiring berjalannya waktu saya dituntut harus bisa memanfaatkan media sosial untuk mengembangkan karir saya sebagai golfer pro, termasuk untuk mendapatkan dukungan sponsor,” kata Benny.
Saat ini dia sudah memiliki BK Management yang mempunyai beberapa produk, yaitu jasa pelatihan golf, program golf di Youtube dan Instagram. Selain itu dia juga aktif mengikuti berbagai turnamen golf pro. Intinya, Benny tidak akan berhenti belajar untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman.