Feature

|

30 July, 2023

Mengapa Ladies Golfer Korsel Mendominasi Dunia?

Kehadiran Se Ri Pak di LPGA tahun 1998 mengubah wajah ladies golf dunia. Dia menjadi inspirasi bagi Korea Selatan negara asalnya dan juga memberikan pengaruh besar kepada negara-negara Asia lainnya. Kini, para ladies golfer asal Negeri Ginseng mendominasi persaingan kompetisi golf di dunia. Mereka sangat disegani. Apa yang membuat mereka begitu berhasil?

Berkat prestasi besarnya, Se Ri Pak mendapatkan banyak penghargaan bergengsi, termasuk World Golf Hall of Fame dan LPGA Hall of Fame tahun 2007. Selainn itu juga dianugerahi LPGA Heather Farr Award 2006 dan USGA’s Bob Jones Awar 2020.

Saat baru berusia 20 tahun dia memenangkan turnamen Major U.S. Women’s Open 1998. Di LPGA 123 kali masuk 10 Besar dan 25 kali menjadi juara. Dia menjadi golfer Korsel pertama yang menjadi LPGA Hall of Fame. Walaupun sudah pensiun sebagai pemain, Se Ri Pak telah mendorong sebuah revolusi golf di Korsel. Kini banyak penerusnya yang disegani di LPGA dan ladies tour bergengsi lainnya.

Ada Inbee Park yang pernah merajai Women’s World Golf Rangkings dan menjadi juara di Olimpiade 2016. Selain itu antara lain ada Ahn Shi Hyun, Jiyai Shin, Choi Na Yeon, In Kyng Kim, Ko Jin Young, Grace Park, dan Jang Ha Na. Seakan-akan seperti air yang mengalir selalu muncul golfer-golfer baru dengan talenta yang besar.

 

Inbee Park

 

“Tidak ada pemain dalam tour – baik tour putra maupun putri – yang tidak terpengaruh, setidaknya secara tidak langsung, oleh Se Ri. Dia mengubah dunia,” kata Christina Kim, golfer Amerika berdarah Korsel pada hari Se Ri Pak pensiun pada tahun 2016.

Walau pun golf termasuk olahraga yang cukup mahal di Korsel, namun efek Se Ri Pak membuat olahraga ini semakin popular dan digemari oleh anak-anak muda, termasuk junior. Orang tua mereka berusaha sekuat tenaga memfasilitasi anak-anak mereka mereka agar bisa menjejaki kesuksesan Se Ri Pak. Anak-anak dan para orang tua sadar bahwa untuk mencapai itu semua butuh kerja keras, dedikasi, komitmen dan pengorbanan.

“Ketika Anda memutuskan melakukan sebuah olahraga di Korsel, semuanya akan fokus ke olahraga itu. Sekolah tidak terlalu penting, semuanya untuk olahraga itu,” kata Cassie Kim, golfer berdarah Korea dan Amerika kepada Asia Media International.  “Para golf Korsel memiliki talenta yang sama, tapi mereka mengembangkan dan melatih permainan golf mereka lebih intens daripada orang lain”.

KLPGA Tour juga membuat sistem berjenjang yang bagus untuk mempersiapkan para pemainnya sebelum berkarir ke LPGA.

“Saya tahu bahwa mereka harus bermain dua tahun di LPGA Korea bahkan sebelum mereka datang ke Amerika. Jadi mereka sudah menjadi profesional. Sebelum mereka datang ke tour kami. Jadi, saat Anda menyebut mereka ‘pemula’, sebenarnya mereka telah menang 10 kali secara profesional. Dan itu adalah keuntungan besar datang ke sini sedangkan jika Anda melihat semua gadis Amerika, mereka mungkin telah bermain setahun di Symetra Tour atau mereka baru. Sangat pantas bahwa juara Olimpiade pertama dalam golf wanita selama lebih dari 100 tahun berasal dari Republik Korea,” kata Jessica Korda.

Semoga saja kesuksesan para ladies golfer Korsel itu bisa menginspirasi para ladies lainnya, termasuk di Indonesia.