Semakin banyak jumlah pegolf di Indonesia, semakin banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para pengelola lapangan golf. Mempertahankan para pegolf baru dan mengembangkan industri golf membutuhkan kreatifitas dan inovasi yang mumpuni.
“Ada empat tantangan yang harus dihadapi para pengelola lapangan golf. Pertama, lonjakan jumlah pegolf belum tentu bertahan. Lalu, para pegolf dari kalangan generasi muda membutuhkan pengalaman yang lebih modern. Biaya operasional pengelolaan lapangan golf semakin tinggi, sehingga harus dilakukan efisiensi. Pertanyaan berikutnya adalah siapa yang akan mengelola lapangan golf di masa depan,” kata Rina Maharani, Ketua Golf Club Managers Association (GCMAI) dalam acara workshop bisnis Reimagining Golf: Strategi Transformasi dan Inovasi untuk Industri Golf Indonesia yang diselenggarakan di Damai Indah Golf – PIK Course, Jakarta, pertengahan Februari lalu.
Dalam acara tersebut, GCMAI menghadirkan dua pembicara, Jahja Setiaatmadja selaku President Director BCA dan Prof. Rhenald Kasali selaku Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia dan Founder Rumah Perubahan. Lebih dari 100 peserta yang mewakili lapangan-lapangan golf dari berbagai daerah di Indonesia menjadi peserta dalam acara ini. GCMAI menggelar workshop ini untuk mencari solusi atas tantangan dan peluang yang dihadapi industri golf Indonesia, khususnya bagi para pengelola lapangan golf.
Menurut Rina, terjadinya pandemi Covid-19 di satu sisi memberikan dampak positif bagi industri golf Indonesia, dimana semakin banyak jumlah masyarakat yang tertarik bermain golf. Namun, hal itu perlu disikapi secara bijak. “Apa kah industri golf benar-benar bangkit atau kita hanya menikmati tren sesaat? Jika kita tidak bergerak, kita justru bisa tidak berkembang. Saya percaya golf harus dikelola secara profesional. Golf harus menjadi industri berkelanjutan,” jelas Rina. Profesionalisme dalam pengelolaan lapangan golf, infovasi, dan regenerasi menjadi faktor yang harus menjadi perhatian.
Rhenald Kasali dalam kesempatan tersebut mengingatkan agar para pengelola bisa mengikuti perkembangan jaman, termasuk pemahaman terhadap teknologi yang berkembang di masyarakat. Menurutnya, saat ini kemajuan suatu industri sangat dipengaruhi oleh implementasi strategi digital berbasis algoritma, pengembangan model bisnis yang lebih adaptif, dan investasi dalam teknologi. Dia juga mengungkapkan bahwa penting sumber daya dari generasi muda dalam menjalankan sebuah bisnis.
Jahja Setiaatmadja membagikan ilmu dan pengalamannya dalam mengelola BCA sehingga menjadi salah satu bank terbesar swasta di Indonesia. Hal tersebut diharapkan bisa diimplementasikan dalam pengelolaan bisnis lapangan golf.
GCMAI merupakan asosiasi yang bertujuan untuk mendukung pengelola lapangan golf di Indonesia dalam meningkatkan kualitas pengelolaan dan profesionalisme di bidang manajemen lapangan golf. Melalui pelatihan, pendidikan, dan program pengembangan lainnya, GCMAI berkomitmen untuk menciptakan standar tinggi dalam industri golf di Indonesia. Rina merupakan ketua baru periode tahun 2025-2026 yang dilantik pada Desember lalu.
Visi GCMAI adalah menjadi organisasi yang mendukung profesionalisme dan pengelolaan lapangan golf yang lebih baik di Indonesia. Salah satu cara untuk mewujudkan visi itu, GCMAI berkomitmen menyelenggarakan program-program yang bermanfaat untuk para anggotanya, salah satunya dengan menggelar workshop ini. G1